Hakikat Syukur

SUDUT HUKUM | Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni:
  • Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt dan yang lain hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji Allah swt dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.
  • Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan. Men-syukur-i nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah swt.
  • Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Hakikat Syukur


Al Kharraz yang dikutip oleh Amir An-Najjar mengatakan syukur itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
  1. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari Allah swt bukan selain dari-Nya.
  2. Syukur dengan lisan adalah dengan mengucapkan al-Hamdulillah dan memuji-Nya.
  3. Syukur dengan jasmani adalah dengan tidak mempergunakan setiap anggota badan dalam kemaksiatan tetapi untuk ketaatan kepada-Nya. Termasuk juga mempergunakan apa yang diberikan oleh Allah swt berupa kenikmatan dunia untuk menambah ketaatan kepada-Nya bukan untuk kebatilan.


Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa syukur mencakup tiga sisi, yaitu:
  • Syukur dengan hati yakni menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh semata-mata karena anugerah dan kemurahan dari ilahi, yang akan mengantarkan diri untuk menerima dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.
  • Syukur dengan lidah yakni mengakui anugerah dengan mengucapkan al-Hamdulillah serta memuji-Nya.
  • Syukur dengan perbuatan yakni memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai tujuan penganugerahannya serta menuntut penerima nikmat untuk merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah swt.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat syukur adalah mempergunakan nikmat yang dikaruniakan Allah swt untuk berbuat ketaatan kepada Allah swt guna mendekatkan diri kepada Allah swt.