Kekuatan Berlakunya Undang-Undang

SUDUT HUKUM | Kekuatan berlakunya undang-undang ini tidak sama dengan kekuatan mengikatnya undang-undang. Undang-undang mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya di dalam lembaran negara. Ini berarti sejak dimuatnya dalam lembaran negara setiap orang terikat untuk mengakui eksistensinya. Kekuatan berlakunya undang-undang menyangkut berlakunya undang-undang secara operasional. Undang-undang mempunyai persyaratan untuk dapat berlaku atau mempunyai kekuatan berlaku. Ada tiga macam kekuatan berlaku, yaitu kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan filosofis.

  • Kekuatan Berlaku Yuridis (Juristische Geltung)
Undang-undang mempunyai kekuatan berlaku yuridis jika persyaratan formal terbentuknya undang-undang terpenuhi. Kaidah hukum mempunyai kekuatan berlaku apabila penetapannya didasarkan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu kaedah hukum merupakan sistem kaedah secara hierarchies. Di dalam Grundnorm (norma dasar) terdapat dasar berlakunya semua kaedah yang berasal dari satu tata hukum. Dari Grundnorm ini hanya dapat dijabarkan berlakunya kaedah hukum dan bukan isinya. Pertanyaan mengenai berlakuanya itu berhubungan dengan das Sollen, sedangkan das Sein itu berhubungan dengan pengertian hukum. Bandingkan dengan pendapat Hans Kelsen.

  • Kekuatan Berlakunya Sosiologis (Soziologische Geltung)
Berlaku atau diterimanya hukum di dalam masyarakat didasarkan pada kenyataan dalam masyarakat. Kekuatan berlakunya hukum di dalam masyarakat ini ada dua macam, yaitu:

  1. menurut teori kekuatan (Machtstheorie) hukum mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila keberlakuannya dipaksa oleh penguasa, terlepas dari diterima ataupun tidak oleh warga masyarakat,
  2. menurut teori pengakuan (Anerkennungstheorie) hukum mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila diterima dan diakui oleh warga masyarakat.

  • Kekuatan Berlaku Filosofis (Filosofische Geltung)
Hukum mempunyai kekuatan berlaku filosofis jika kaedah hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum (Rechtsidee) sebagai nilai positif yang tertinggi (dalam hal ini harus sesuai dengan tujuan dari Pancasila yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur).
Agar berfungsi, maka kaedah hukum harus memenuhi ketiga unsur tersebut: harus mempunyai kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan filosofis sekaligus.