Nabi Muhammad Dalam Pandangan Penulis Barat

SUDUT HUKUM | Selama hampir sepanjang abad pertengahan dan selama paruh awal masa pencerahan di Eropa banyak orang yang percaya bahwa Islam adalah agama yang kejam, yang penuh keingkaran, kebusukan dan kekaburan. Kaum Muslimin mengakui Muhammad sebagai Nabi, bukan Tuhan, tampaknya tidaklah menjadi masalah bagi orang-orang Kristen. Tetapi yang sering menjadi perkara Islam dan Kristen adalah tuduhan orang-orang Kristen terhadap Muhammad sebagai Nabi palsu, penyebaran benih perselisihan, pengumbar nafsu, munafik, antek Iblis. Namun pandangan mereka mengenai Muhammad ini tidak benar-benar doktrinal.



suduthukum.com/2014/07/nabi-muhammad-dalam-pandangan-penulis.html

Sebelum membicarakan sikap dn pandangan kaum orientalis terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW beserta masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan agama Islam, terlebih dahulu perlu diketahui kenyataan mengenai perkembangan baru dalam sikap dan pandangan dunia Kristen terhadap agama Islam, terutama dari pucuk pimpinan tertinggi agama Kristen Katolik di Vatikan.



Perkembangan sikap dan pandangan baru itu diungkapkan oleh Dr. Maurice Bucaille sebagai berikut :

“Pada akhir-akhir ini telah terjadi perubahan besar dalam tingkat tinggi daripada Dunia Kristen. Setelah Konsili Vatikan II (1963-1965), sekretariat vatikan (Departmen) untuk urusan-urusan dengan umat bukan Kristen menyiarkan dokumen “Orientasi untuk dialog antara umat Kristen dan umat Islam”.


Dokumen tersebut menunjukkan pegantian sikap yang mendalam secara resmi, mula-mula dokumen tersebut mengajak untuk melempar jauh Image yang salah, karena didasarkan prasangka dan fitnahan.



Kemudian dokumen terjadinya ketidakadilan pada masa yang lalu, yaitu ketidakadilan yang dilakukan oleh pendidikan Kristen tentang umat Islam, diantaranya mengenai gambaran umat Kristen yang salah tentang Fatalisma Islam, Juridisma Islam, Fanatisma Islam dan lain-lain. Dokumen tersebut menegaskan kesatuan akan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta menyebutnya bahwa Kardinal Koenig telah membikin para pendengarnya tercengang ketika dalam ceramah resmi di Universitas Al-Azhar pada bulan Maret 1969 menerangkan hal tersebut. Dokumen tersebut juga mengatakan bahwa Sekretariat (Dokumen) urusan non-Kristen mengajak umat Kristen pada tahun 1967 untuk mengucapkan selamat kepada umat Islam sehubungan dengan bulan puasa Ramadhan sesuatu nilai agama yang otentik.



Usaha-usaha untuk pendekatan antara vatikan dan Islam telah diikuti dengan bermacam-macam manifestasi dan pertemuan yang kongrit. Tetapi hal-hal tersebut hanya diketahui oleh jumlah yang sangat sedikit di Barat walaupun media massa sepertia pers, radio, dan televisi tidak kurang menyiarkannya.



Disamping mengungkapkan perubahan sikap pemimpin tertinggi dunia Kristen terhadap agama Islam, Dr. Maurice Bucaille juga mengakui bahwa masih sedikit orang Barat yang mengetahui perubahan sikap itu dan menginsafi akan artinya yang besar. Justru masih ada guna dan faedahnya mengenali sikap kaum orientalis pada umumnya terhadap agama Islam, termasuk sikap dan pandangannya terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW. Setidak-tidaknya untuk mengetahui sikap dan pandangan pihak non muslim terhadap Islam untuk dijadikan bahan pemikiran.



Sikap Dan Pandangan beberapa tokoh barat terhadap muhammad adalah sebgai berikut:


1. Dante Alighieri


Dante Alighieri
Dante Alighieri, lahir di Florence tahun 1265 Masehi, adalah tokoh terkemuka pada zaman kebangunan (Renaissance) di Eropa, terutama di bidang kesusastraan. Diantara seluruh karya Dante yang terpandang warisan terbesar dari zaman kebangunan, adalah La Divina Commedia, berisi kisah khayali tentang ruh Beatrice membawa Dante melawat ke alam gaib, menyaksikan Paradisa (surga) dan Inferno (neraka) dan Purgatorio (tempat antara neraka dan surga).



Sikap dan pandangan Dante terhadap Islam dan terutama terhadap Nabi Besar Muhammad SAW. Dante menempatkan Muhammad, dengan tubuhnya terbelah dari kepala sampai ke pinggang, pada tingkatan yang ke- 28 dari Inferno (neraka), dan melukiskannya mengoyak-ngoyak dadanya dengan tangannya sendiri, sebab dia itu adalah pemuka dari jiwa-jiwa terkutuk yang membangkitkan perpecahan dalam agama. Kejahatan Muhammad adalah mengembangkan agama palsu.



Sikap dan pandangan Dante Alighieri itu dapat dipahami bila di sorot dari beberapa faktor penyebab. Pertama, permusuhan dan kebencian yang diwariskan Perang Salib (1096-1274) masih berpengaruh demikian besar di Eropa dewasa itu. Kedua, kecuali karya-karya ilmiah dan filsafat, manuskrip-manuskrip Arab dalam bidang agama dan sejarah hidup Nabi Besar Muhammad SAW, tidak pernah disalin ke dalam bahasa latin masa itu. Ketiga, sikap dan pandangan Dante itu disebabkan oleh kebodohannya terhadap kenyataan sejarah. Keempat, menurut dokumen vatikan tahun 1972, disebabkan prasangka dan fitnah.



2. Voltaire


Jean Francois Arouet Voltaire, lahir di Paris tahun 1694, terpandang ahli fikir dan pujangga Perancis yang mempertahankan dan membela kebebasan berfikir. Di dalam karyanya Mahomet (1742) terdapat sikap dan pandangannya terhadap Islam dan Nabi Besar Muhammad SAW.17 Tor Andrae mengungkapkan sikap dan pandangan Voltaire tentang Nabi Besar Muhammad SAW sebagai berikut :


“Didalam tahun 1742 dalam sebuah karyanya yang bersifat tragedi, berjudul Mahomet, Voltaire melukiskan pribadi Nabi itu berlawanan sekali dengan Sale dan Bulan Villier dan mengecam kedua tokoh itu. Ia menyatakan bahwa andaikata Muhammad itu seorang Prince (pangeran) atau setidak-tidaknya seorang yang diangkat berkuasa oleh pilihan rakyat, dan andaikata dia itu membentuk hukum yang penuh damai ataupun sengaja membela negerinya dari serangan musuh, maka ia layak untuk dihormati. Tetapi bila seorang pedagang unta menggerakkan pemberontakan, mendakwakan sudah bercakap-cakap dengan jibrail, dan mendakwakan telah menerima kitab yang tiada taranya, yang isi setiap halamannya merangsang kekerasan dan menantang akal, bila dua itu membunuhi lelaki dan menawan wanita untuk memaksa mereka beriman kepada kitab itu, maka tindakan serupa itu tidak bisa dibela oleh siapapun juga, kecuali dia terlahir sebagai seorang Turki, ataupun tahyul telah memadamkan sinaran watak didalam dirinya. Voltaire memang mengakui dalam tragedi karyanya itu bahwa Muhammad tidak langsung melakukan sekalian kejahatan itu. Tetapi dia menyatakan bahwa seorang yang sengaja melakukan perang terhadap negerinya sendiri dan mendakwakan perbuatan itu atau perintah Tuhan, lantas apakah tidak layak untuk dipanggilkan apapun juga ?


Tetapi di dalam karyanya yang belakangan sekali, Essai Sur Le Moeurs, Voltaire memperdengarkan sikap yang lebih lunak terhadap Muhammad, mengakui kebesarannya dan kemampuannya, bahkan menahan dirinya untuk mengecam secara kasar dan brutal, tetapi menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang baru pada agama Muhammad itu kecuali pernyataan bahwa Muhammad itu Rasul Allah”.



Demikian uraian Tor Andrae tentang sikap dan pandangan Voltaire terhadap Islam dan pribadi Nabi Besar Muhammad SAW yang mencerminkan sikap dan pendangan dunia Kristen di Perancis menjelang abad ke-18, bahkan diseluruh Eropa. Sebelum terbitnya buku Voltaire berjudul Mahomet (1742) itu, pada tahun 1734 M, George Sale telah menyalin kitab suci al-qur’an, yang terpandang sebagai standar di Eropa dewasa itu. Pada kata pengantarnya, George Sale membandingkan Nabi Besar Muhammad SAW dengan Theuses seorang tokoh pahlawan dan pejuang dalam mitologi Grik Tua.



Beberapa tahun sebelumnya, De Boulainvillers menulis karyanya yang terkenal. Life Of Mahomet (Riwayat Hidup Muhammad), dengan suatu tujuan yaitu menonjolkan keagungan Islam dibanding kepada agama Kristen. Disitu Nabi Muhammad dilukiskan sebagai seorang pembentuk hukum yang bijaksana penuh percerahan, yang membangun sebuah agama yang diterima oleh akal untuk menggantikan dogma-dogma yang disangsikan dalam agama Yahudi dan agama Kristen.



3. Washington Irving


WashingtonIrving, lahir di New York pada tahun 1783 M, dikenal sebagai advokat pada tahun 1806 tetapi lebih banyak menumpahkan kegiatannya dibidang sastera. Tokoh yang meninggal di Amerika tahun 1859 ini banyak meninggalkan karya, antara lain The Alhambra (1832) dan Life Of Mahomet and His Successors (1849-1850). Karyanya yang terakhir itu berisi riwayat hidup Nabi Besar Muhammad SAW beserta para penggantinya.



Sekalipun dalam banyak hal, karyanya dapat dipandang objektif, namun sikap dan pandangannya terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW masih memperlihatkan sikap negatif, dalam banyak hal, Washington Irving bersikap objektif mengenai hidup Nabi Besar Muhammad SAW, tetapi mengenai pribadi Nabi Besar Muhammad, bersikap negatif, bagaikan orang membelah betung (bambu), mengangkat yang sebagian dan memijak bagian lainnya.



4. Thomas Carlyle


Penulis Inggris terkemuka, menjadi terkenal berkat teorinya bahwa “sejarah dunia tidak lain dan tidak bukan adalah biografi orang-orang besar”. Setelah melakukan pendekatan terhadap Muhammad secara positif, dia mendapati bahwa Muhammad merupakan seorang pemimpin yang tulus, Carlyle menolak pandangan khas Eropa pada millenium sebelumnya bahwa Muhammad adalah “seorang penipu yang lihai”. Sementara memuji pendiri Islam ini, apresiasi Carlyle tidak terbawa ke al-Qur’an yang dibacanya dalam bahasa Inggris. Dia mengakui ini merupakan bacaan berat yang pernah saya hadapi, sebuah koleksi campur aduk yang membingungkan dan melelahkan.



5. Martin Luther


Muhammad menempati urutan atas diantara orang-orang yang ingin dicela oleh Martin Luther. Tak ada orang Katolik yang pernah menandingi fitnah yang dilontarkan oleh putra Protestan terbaik itu. Luther mengidentifikasi Muhammad sebagai pejuang kawakan yang disebut didalam kitab wahyu sebagai yang membawa kerusakan hebat pada orangorang Kristiani. Contoh caci maki Luther terhadap Muhammad, “Jika engkau disebut Nabi, siapakah orang bodoh tak tahu adaP seperti itu”. “Bila semangat kedustaan telah menguasai Muhammad dan setan telah membunuh jiwa manusia dengan al-Qur’annya dan menghancurkan iman orang Kristiani, dia harus terus, mengangkat pedang dan mulai membunuh tubuh-tubuh mereka”., dan “Kita berjuang agar orang Turki itu tidak menempatkan Muhammad yang hina itu pada kedudukan Tuhan kita, Kristus”.



Muhammad Versi Luther adalah juga seorang yang mengabdikan dirinya kepada kemewahan dan kenikmatan hawa nafsu, yang memiliki potensi seksual seekor biri-biri jantan, namun dia kurang merugikan Gereja dibandingkan dengan leskup roma. Muhammad mengambil semua wanita, karena itu dia tak beristri, namun Paus lebih tak bermoral karena dia purapura suci padahal melakukan seks bebas”.



6. R.W Southern


Dalam bukunya Western News Of Islam In The Midle Ages. Adapun yang berkenaan dengan kehidupan Muhammad yang ditulis oleh cendekiawan Barat pada abad pertengahan dan di nukil dari para penulis Bizantium, jarang sekali yang menyajikan hakikat sebenarnya. Kesemuanya hanya berkisar tentang menikahi seorang janda kaya, mengidap penyakit ayan, dan belajar dari agama Nasrani. Dengan demikian tulisan-tulisan tersebut sukar di percaya kebenarannya. Yang sangat menyolok, tidak ada kaitannya dengan fakta perjalanan parah.



Kemudian ketika para penulis dari bangsa latin bertanya, termasuk tokoh macam apa Muhammad itu ? mereka hanya menjawab : Beliau adalah seorang tukang sihir yang telah menghancurkan gereja-gereja di Afrika dengan sihirnya dan kesuksesannya adalah karena ajaran yang di sebarkannya melalui Free Sex.



7. Snouck Hurgronje


Lahir di kota Utrecht (1857-1936) dia menulis buku “Al Arab Fisy Syarq”, memuat bantahan kepada Griem, seorang Orientalis dari Switzerland, antara lain ditulisnya :

“Kami kira kalau Griem hanya mempelajari biografi lama Nabi dan diadakan pembahasan secara mendalam, tentulah hal ini akan lebih baik dan buah yang dihasilkan dari penelitiannya itu akan lebih mencapai sasaran yang diharapkan. Tetapi ia berpendapat pekerjaan itu kurang penting, karena ia ingin menyajikan sesuatu yang baru, namun ia gagal dalam menampilkan sejarah Muhammad. Ia ingin mengetengahkan Muhammad sebagai seorang yang bersemangat sosialis, menjadikan Muhammad seorang sosialis dan supaya sosialisme itu sendiri menggiring Muhammad meninggalkan agama yang dibawanya”.


8. Mark Muller


Orientalis dan penulis buku cerita (1790-1865) lama mengembara di berbagai negara Arab. Diantara bukunya ada yang berjudul “Muhammad Wa Muhammadiyah”, didalamnya tertulis. “Kaum Masehi akan terperanjat menyadari bahwa Muhammad adalah salah seorang pendukung Al-Masih, dan agama Al Muhammadiyah (Islam) tiada lain salah satu pembela agama Nasrani. Pada saat yang sama kaum Muslimin dan kaum Masehi akan terperanjat pula pada penyebab yang mengakibatkan mereka bertengkar dan berperang dalam sejarah.



Kaum Masehi di dunia akan mengetahui dan menyadari bahwa agama Muhammad itu bersih dari tipu daya dan bahwa ia menagndung penawar yang mampu memulihkan penyakit umat manusia”.



9. Tor Andrae

Tor Andrae

Pandangan TorAndrae mengenai pribadi Nabi Besar Muhammad SAW. Sekalipun terdapat hal-hal yang negatif di dalam bukunya (pertama kali dicetak tahun 1932 di Goettingen ; Jerman), yakni di dalam membahas sesuatu permasalahan tetapi sikap dan pandangannya terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad cukup jelas.



Tor Andrae adalah seorang maha guru berkebangsaan Jerman. Dalam karyanya Muhammad, Sein Leben Und Sein Glaube, tertulis antara lain : Artinya : “Studi tentang kehidupan Muhammad dan karyanya berkembang demikian cepat hingga apalagi tidak diperlukan lagi bagi penerbitan studi yang utama ini. Kita sudah mencapai tahap yang mungkin untuk mendekati pribadinya dengan ukuran pemahaman dan keseimbangan yang tidak mungkin memperolehnya pada beberapa dekade yang silam.



Diharapkan karya ini akan disambut dengan gairah oleh para mahasiswa sejarah agama, pencinta biografi, dan para penganut Islam”. Sikap dan pandangan Prof. Dr. Tor Androe tentang Nabi Muhammad itu, melukiskan sikap dan pandangan kaum orientalis pada masa belakangan.



10. Sikap Hamilton A.R.Gibb


Hamilton A.R.Gibb adalah seorang tokoh orientalis terkemuka, terutama sehabis perang dunia kedua (1939-1945). Karyanya berjudul Mahammedanism, amat terkenal dan berpengaruh kuat sekali dewasa ini, terpandang sebagai buku yang dinamik dan menarik ditulis oleh seorang sarjana terkemuka (dynamic and interesting volume written by a roted scholar). Ia menulis panjang lebar tentang diri Nabi Besar Muhammad.



Dalam karyanya dia mengungkapkan:


“Bila seseorang memalingkan perhatian dari kegiatan umum dalam kehidupan Muhammad itu kepada kepribadiannya dan pengaruhnya dalam bidang moral dan sosial, tidaklah selamanya mudah memperoleh titik temu antara kebencian – teologis dari penulispenulis Barat pada masa lampau dengan apalagi yang tidak meyakinkan dari penulis-penulis muslim pada zaman baru. Penelitian sumber-sumber belum cukup jauh untuk membuat kita mampu membedakan dengan penuh keyakinan antara tradisi (hadist) yang murni pada masa-masa permulaan dengan ciptaanciptaan belakangan. Mestilah diakui bahwa tokoh Muhammad itu amat menderita sekali oleh omong kosong tentang tetek bengek yang dikaitkan terhadap Muhammad oleh para pengikutnya pada generasi-generasi belakangan ……”.

Demikian ungkapan Hamilton A.R.Gibb mengenai “cacad” dalam kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW disebabkan oleh “Hadist-hadist” yang diciptakan oleh generasi-generasi belakangan guna “mengkultas” Nabi Besar Muhammad itu, tapi akibatnya menjadi “sasaran yang empuk dan sangat pahit” bagi penulis-penulis Barat di masa lampau. []